Waroeng
Steak and Shake berdiri dan dijadikan peluang usaha yang bagus dikarenakan
stigma mahal yang sudah sangat melekat pada masakan eropa seperti steak. Konon
steak hanya bisa dinikmati oleh kalangan menengah ke atas,swiss replica watches dari sinilah akhirnya timbul gagasan
untuk membuat steak dengan harga yang terjangkau oleh kantong mahasiswa dan
masyarakat menengah kebawah. Akhirnya pada 4 September tahun 2000 berdirilah
outlet yang bernama Waroeng Steak and Shake di jalan Cendrawasih Demangan
Yogyakarta. Dibukanya Waroeng Steak and Shake merupakan sebuah terobosan baru
steak dengan harga yang murah dan rasa yang tidak kalah enak dan nikmat dengan
steak yang dijual dengan harga mahal. Selain itu Waroeng Steak and Shake selalu
mengutamakan ke halalan semua bahan-bahan makanan dan semua jenis minuman.
Meski dengan bahan-bahan lokal, Waroeng Steak and Shake mampu menyajikan
citarasa tinggi khas eropa dengan harga yang menjangkau masyarakat Indonesia.
Sampai di tahun 2012 ini, Waroeng Steak and Shake sekarang sudah mempunyai 50
outlet yang tersebar di seluruh Indonesia. Medan, Pekanbaru, Palembang,
Lampung, Bandung, Jakarta, Bogor, Semarang, Solo, Yogyakarta, Bali, Makassar
dan Surabaya. Waroeng Steak and Shake replica
watches swiss replica watcheshigh
quality replica watches TIDAK di franchise-kan atau di Walabaka-kan.
Kini
Waroeng Steak and Shake mampu menepis stigma mahal pada masakan eropa khususnya
pada jenis makanan steak. Obsesi Waroeng Steak and Shake ialah dapat menjadi
tempat kuliner yang mendunia dengan era spiritual management yang baik.
Pada awalnya,
usaha ini didirikan di teras rumah kontrakan oleh Jody Brotosuseno dan istrinya
Siti Hariyani (Aniek) di Jalan Cenderawasih no. 30 Yogyakarta.
Usaha ini tidak terlepas dari pengaruh ayah Jody. Sebelum mempunyai usaha
sendiri, mereka berdua telah aktif membantu usaha ayah Jody yang memang telah
lebih dulu berkecimpung di dunia bisnis restoran steak bernama Obonk Steak. Obonk
Steak memang sudah cukup lama berdiri di Yogyakarta dan sasaran konsumen
restoran ini adalah kelas menengah ke atas. Dari sinilah, Aniek (nama panggilan
Siti Haryani) dan Jody mempunyai ide untuk membuka tempat makansteak yang dapat menyentuh lapisan
menengah ke bawah.
Mereka
kemudian memilih nama Waroeng sebagai
nama tempat yang mereka dirikan bukan restoran atau kafe yang nampak mewah. Hal
ini dimaksudkan agar dapat menarik minat mahasiswa. Mereka juga tak segan
memasang daftar harga di depan warung agar calon pembeli dapat mengetahui harga
menu mereka yang murah. Uniknya, Waroeng Steak & Shake menyediakan nasi
untuk dimakan dengan steak (bukan
kentang, kacang panjang, wortel, atau jenis makanan lain yang biasa dimakan
bersama steak)
Sampai di
tahun 2012 ini, Waroeng Steak and Shake sekarang sudah mempunyai 48 cabang outlet yang tersebar di seluruh
Indonesia. Medan, Pekanbaru, Palembang, Lampung, Bandung, Jakarta, Bogor,Semarang, Solo, Yogyakarta, Bali, Surabaya
dan Makassar
serta telah memiliki 1000 atau lebih karyawan yang tersebar di
berbagai cabang di Indonesia. Yang menarik lagi dari bisnis kuliner ini adalah
Waroeng Steak and Shake tidak difranchise-kan
alias diwaralabakan.